S2 (Bukti Cinta Suku Sasak)

S2 (Sorong Serah)
Sorong Serah Aji Krame merupakan salah satu runtutan adat pernikahan adat Sasak. Bangsa Sasak terbagi atas empat wilayah besar. Keempat wilayah tersebut dikenal dengan catur mandali. Adanya catur mandali bukan berarti wilayah itu berbeda-beda, pada dasarnya itu adalah satu. Wujud tunggal dari bangsa Sasak. Bangsa Sasak juga sama dengan bangsa-bangsa yang ada di muka bumi ini, memiliki strata sosial. Adanya strata sosial bermula dari adanya kedatuan-kedatuan di gumi Sasak. Para raja dan datu memanggil kaula, memanggil rakyatnya untuk menemukan dan membentuk jati dirinya masing-masing. Jati diri memiliki makna yang sangat luas salah satunya adalah kemampuan, baik kemampuan secara lahir maupun batin. Hal ini berkaitan dengan sorong serah aji krame. Sorong serah aji krame merupakan adat yang sudah terbentuk berabad-abad yang lalu, dicetuskan dan dibentuk oleh para leluhur.  Sehingga terbentuklah 33, 66, 100, bahkan 200, angka-angka inilah yang disebut aji krameAji krame ini kemudian melahirkan istilah-istilah ajik rame telung dese telu (33) untuk harga kaula atau rakyat jelata yang merdeka, ada pula aji krame enem dase enem (66), ini merupakan aji krame madie (kalangan menengah), aji satus (100), ini adalah aji kaum bangsawan, aji satak ( 200), ini merupakan kaum paling tinggi yang disebut kendate. Yang termasuk dalam kaum ini adalah para patih, punggawa, dan sebagainya.
Aji krame terdiri atas dua kata yaitu aji dan krame. Kata aji memiliki beberapa makna, pertama, aji makna wayah itu adalah datu, raja. Kedua, aji dapat bermakna orang yang sudah melaksanakan ibadah haji. Makna ketiga, aji adalah nilai, makna keempat adalah harga jual beli. Sedangkan krame berarti wilayah. Jadi aji krame adalah nilai dalam sebuah komunitas pada wilayah satu kedatuan atau satu kerajaan. Pada zaman dahulu aji krame ini bukanlah ditentukan oleh seorang raja atau siapa pun, tetapi setiap laki-laki menentukan sendiri  aji mereka berdasarkan kemampuan finansial maupun spiritual. Pada zaman dahulu para datu mengumpulkan kaulanya, dan para kaula menentukan sendiri aji yang sesuai  dengan kemampuan mereka. Misalnya dilihat dari segi spiritual seseorang hanya mengetahui dan dapat mengimplementasikan rukun 13 (rukun Shalat) dan sifat 20 (sifat Allah SWT), jika dijumlahkan maka jumlahnya adalah 33 dan  dari segi ekonomi mereka hanya  menyanggupi aji 33. Maka orang tersebut termasuk dalam aji 33 (telung dese telu). Begitu pula dengan aji-aji yang lain. Semakin mereka mampu dalam segi spiritual dan finansial maka semakin tinggi aji yang dapat mereka tentukan bagi dirinya sendiri. Sorong serah terjadi karena adanya perkawinan. Dikatakan sorong karena itu merupakan sesuatu yang berat, kita dorong beramai-ramai dan serah berarti menyerahkan sesuatu yang kita sorong di hadapan orang banyak. Dalam proses sorong serah, sesuatu yang diserahkan itu berbentuk material dan simbol- simbol dari kemampuan laki-laki itu. Yang disimbolkan disini adalah kemampuan secara finansial atau kehidupan. Seperti kepeng benang, dan simbol-simbol yang berkaitan dengan integrasi sebagai makhluk sosial. Contohnya simbol salin dede, sirah aji, ini merupakan simbol-simbol yang menandakan bahwa seseorang itu bermasyarakat, pergantian tanggung jawab dan sebagainya. Ini semua di sorong, bersama-sama dengan warga, ini menunjukkan kita memiliki keluarga, tetangga dan masyarakat. Begitu pula dengan yang menerima, tidak boleh hanya diterima oleh satu orang, tetapi harus diterima secara bersama-sama dengan keluarga besar, tetangga, dan warga. Inilah yang disebut dengan sorong serah ajI krame.
Sorong serah ini dilaksanakan setelah melalui beberapa proses. Setelah mbait atau menagih janji, hari selanjutnya dilalui proses sejati, sejati adalah pemberitahuan kepada kepala lingkungan atau kepala desa. Setelah sejati, proses selanjutnya adalah selabar, selabar adalah mengabarkan kepada orang tua wanita bahwa anaknya akan menikah. Setelah prose sejati, selabar  kemudian ada jeda, bagian tengah ini dinamakan nuntut wali atau perlakuan tokoh-tokoh agama. Proses yang keempat adalah bait bande. Bait bande ini merupakan musyawarah tentang pisuke langgang tirang. Pisuke adalah permintaan dan pemberian agar seimbang antara yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Proses terakhir ini adalah mbait janji yang bertujuan untuk menentukan kapan dan bagaimana proses begawe itu sambil menyerahkan uang yang sudah disepakati. Pada proses ini pihak laki-laki juga menyampaikan aji yang disanggupi agar pihak perempuan siap menerima. Semuanya harus dibicarakan pada proses ini, sehingga ketika acara berlangsung tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ketika proses begawe nanti, pembayun pihak laki-laki  menyerahkan hasil musyawarah tersebut kepada pembayun pihak perempuan. Setelah melalui kelima proses di atas, barulah kemudian proses sorong serah dilaksanakan pada hari yang sudah ditentukan  saat mbait janji. Begitu selesai sorong serah lalu nyongkolan, pertemuan antara keluarga, warga dengan pengantin. Terakhir adalah bales onos nae, pada proses ini terjadilah pertemuan dua keluarga besar antara kedua belah pihak. Apabila pada proses sorong serah dan nyongkolan semua orang dapat menyaksikan dan ikut berpartisipasi, maka dalam proses bales onos nae ini adalah pertemuan keluarga secara lebih intens, dan sebagai ajang memperkenalkan masing-masing anggota keluarga. Pada saat proses sorong serah, ada istilah punggal tali zinah yaitu dinyatakannya laki-laki dan perempuan sah menjadi suami istri menurut  adat dan disaksikan oleh semua yang hadir. Semua proses pelaksanaan pernikahan adat Sasak selalu bersandar pada nilai-nilai agama.
 Sorong serah dilaksanakan oleh dua wakil atau utusan dari pihak laki-laki dan perempuan. Pihak perempuan sebagai penerima dan pihak laki-laki sebagai pengantar. Pada saat kedua utusan ini bertemu, terjadilah pembicaraan, ada pula tembang. Utusan dari pihak laki- laki datang ke rumah perempuan, sesampainya di depan rumah perempuan, beberapa orang dari pihak laki-laki masuk ke dalam rumah untuk menanyakan kesiapan dari utusan atau pembayun pihak perempuan dan menyampaikan utusan dari pihak laki-laki sudah berada di luar. Hal inilah yang dinamakan pisolo atau suluh yang berarti penerang. Kemudian setelah semuanya sudah siap, rombongan pembayun bertemu. Pertemuan kedua pembayun  ini diawali dengan bahasa krame. Lalu terjadi penyerahan sesuai dengan kedudukan dan aji dari pihak laki-laki. Penyerahan ini terjadi dengan menggunakan simbol-simbol yaitu simbol dari kemampuan laki-laki untuk mengambil pihak perempuan sebagai istrinya. Simbol-simbol yang diserahkan berupa uang atau kepeng, benang atau lembaran-lembaran kain dan sebagainya. Simbol yang pertama bernama sirah aji yang berupa  wadah disimbolkan dengan bokor. Bokor ini berisi kain putih, kain hitam yang diikat dengan lawe atau benang kataq, putih adalah simbol kesucian, suci di sini  berarti agama dan hitam itu adalah adat. Antara agama dan adat sudah diikat oleh lawe. Ini bermakna bahwa antara agama dan adat tidak boleh dipisahkan, makna kedua adalah seorang laki-laki dan perempuan sudah di ikat oleh oleh tali pernikahan. Kemudian simbol yang kedua adalah pikolo hingwarge artinya simbol itu sebagai tanda pelepasan atau pergantian tanggung jawab dari orang tua kepada suami yang bernama salin dede. Simbol salin dede diberikan kepada ibu pihak perempuan berupa tempat nasi ( ponjol), kemeq,tepaq, sarung baru, sabuk nganak, buluh bambu. Kemudian simbol sosial yang lain adalah penginang yang merupakan simbol sah adat Sasak. Penginang merupakan simbol titi, tate, tindak tanduk ,tertib, tapsile, dan wahyat jatmike. Titi merupakan jembatan kecil  berupa sebatang kayu yang bermakna berhati-hati dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Tate bermakna berhati-hati dalam menata kehidupan, tindak tanduk bermakna bahwa hal yang ditata adalah tindak tanduk atau perilaku kedua belah pihak. Tertib bermakna apabila sudah menata kehidupan, maka pasti akan tertib, yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati orang tua, dan lain-lain. Yang terakhir adalah tapsile, yang berasal dari kata besile yang bermakna tingkatan-tingkatan perilaku, proporsional penempatan bahasa dan tingkah laku, kita harus melihat konteks dengan siapa dan bagaimana seharusnya kita berbicara dan bersikap. Dan yang terakhir adalah wahyat jatmike maksudnya adalah jati diri orang Sasak yang memiliki adat tersendiri yang membedakkannya dengan adat bangsa lain. Proses sorong serah dapat menggunakan bahasa Kawi maupun bahasa Sasak.
Saya sangat merasakan kebanggaan dari  tradisi ini.  Rentetan acara dari proses sorong serah aji krame dipenuhi dengan simbol-simbol, dan setiap simbol itu bermakna. Dilihat dari sejarahnya laki-laki menentukan sendiri aji yang bisa mereka penuhi sesuai dengan kemampuannya baik dari segi ekonomi maupun agama, sehingga dikemudian hari antara pihak laki-laki dan perempuan yang akan menikah tidak saling memberatkan. Dalam tradisi ini, kedudukan perempuan sangat ditinggikan. Ada proses pemindahan tanggung jawab dari orang tua kepada suami. Dan setiap proses tersebut selalu bersandar pada nilai agama. Terdapat pula nilai-nilai kekeluargaan, karena setiap warga ikut mengambil andil dalam setiap proses  tradisi ini. Dan yang paling utama adalah setelah melalui setiap proses pernikahan kedua insan dinyatakan sah menjadi suami isteri bukan saja dari segi agama, tetapi juga sah menurut adat. Sebagai masyarakat suku Sasak tentu saja kita harus tetap melestarikan adat istiadat, dan budaya. Budaya kita sangat kaya dan penuh makna.
Tradisi ini juga sangat sarat akan nilai-nilai kebaikan. Setiap simbol dalam proses sorong serah memiliki makna. Tradisi ini mengajarkan kerukunan, kehidupan bermasyarakat, dan nilai-nilai agama. Setiap proses dilakukan secara bersama-sama oleh keluarga, tetangga, dan masyarakat. Semua proses dari tradisi ini juga tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Dan setiap proses itu harus dilaksanakan dengan bermusyawarah terlebih dahulu. Semua simbol memiliki arti masing-masing yang akan menuntun pengantin untuk menjalani kehidupan berumah tangga agar tetap harmonis dan rukun. Tradisi ini juga mengajarkan kita bahwa mengikat cinta dua insan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, harus melalui proses yang panjang. Sehingga setiap manusia yang sudah terikat pernikahan, harus saling menjaga dan mencintai. Apapun yang kita lakukan tidak akan pernah terlepas dari adat, budaya, dan agama.


Komentar

  1. ooow, jadi itu yang namanya sorong serah. makasi infonya:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, sama-sama. semoga bermanfaat ya nyooos.

      Hapus
  2. Alhamdulillah.. Post nya menambah wawasan saya tentang budaya sasak ..ditunggu post lainnya 😊😊

    BalasHapus
  3. Ternyata serong serah tidak hanya di kampung saya. Terimakasi infonya😊

    BalasHapus
  4. Di bima dompu juga ada koq cman beda istilah. Postingannya sangat bermanfaat buat menambah ilmu pengetahuan, jdi pengen cepat2 kawin...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang di dompu namanya apa? hehe iya ditunggu undangannya yaaa.

      Hapus
  5. Bukan hanya di-NTB aja Sorong serah..didaerahnya lain di Indonesia juga ada tapi beda istilah dan penyebutan nya ajak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, tetapi yang spesial dari tradisi Sasak itu semua simbol dari proses sorong serah memiliki makna dan itu tidak terlepas dari nilai-nilai agama.

      Hapus
  6. Adat sasak memang terbaik 😊 ditunggu postnya yang lain.

    BalasHapus
  7. Ternyata budaya sasak penuh simbol dan kaya makna ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, maka dari itu kita harus tetap menjaga dan melestarikannya.

      Hapus
  8. Keren !!!
    Ditunggu tulisannya yang lain.

    BalasHapus
  9. trims min, Postingannya KEREN!!!!!

    jadi malu, saya asli sasak tapi minim pengetahuan tentang budaya sendiri...

    sering-sering posting hal kayak gini min....

    bikin penasaran ......

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, Alhamdulilah kalau bermanfaat. Kita sama-sama belajar dan melestarikannya ya:)

      Hapus
    2. insyaallah....
      jangan bosen-bosen untuk ngepost

      Hapus
  10. Terimakasih atas penambahan wawasan tentang sorong serah,skrg sya tau detail dan filosofinya. Selama ini hanya tau namanya saja

    BalasHapus
  11. Menurut saya posting artikel ini sangat baik memberikan pengalaman luas kepada pembaca …

    BalasHapus
  12. Semangat menjadi penerus yang selalu melestarikan budaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus itu. Kalau bukan kita sebagai generasi muda yang melestarikannya, siapa lagi kan.

      Hapus
  13. Nanti mau suruh suga nikahin saya pake adat sorong serah aja πŸ˜†

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok. Cintai, dan lestarikan budaya kita yaa😊

      Hapus
  14. Terima Kasih infonya kak....
    generasi muda yang peduli tentang budaya? Pasti dong....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu saja😊
      Ayo kita menjadi generasi yang selalu mencintai budaya kita dengan lebih dibandingkan budaya lain.

      Hapus
  15. Balasan
    1. Pastinya. Dan semua adat dan tradisi harus tetap dijaga dan dilestarikan.

      Hapus
  16. Bermanfaat bngat postingannya, jd sy yg bukan orng sasak jdi tahu tentang budaya sasak s2 (sorong serah).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih. Semoga nanti bisa dapat jodoh orang sasak ya😁

      Hapus
  17. postingan yg sangat bermanfaat kita jadi tau bagaimana adat sorong serah dan simbol2 yg ada didlmnya ��

    BalasHapus
  18. Liat postingan tentang nikah jadi baper πŸ˜ƒ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau sudah siap disegerakan saja:D
      Dan jangan lupa kalok nikah pkek tradisi sorong serah ya.

      Hapus
    2. Tunggu yg ngepost duluan aja deh πŸ˜ƒ

      Hapus
    3. Tunggu yg ngepost duluan aja deh πŸ˜ƒ

      Hapus
  19. Keren, terimakasih atas penambahan wawasan tentang sorong serah. Ditunggu tulisannya yg lain.

    BalasHapus
  20. Sangat menambah wawasan...terimakasih infonya😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih:)
      Saya senang kalau postingan saya bisa bermanfaat.

      Hapus
  21. Terima kasih postingannya. Bermanfaat sekali

    BalasHapus
  22. Keren, sebagai generasi penerus kita harus mampu menjaga dan melestarikannya. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar sekali. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya yang diwariskan nenek moyang.

      Hapus
  23. Wah jadi tau banyak tentang adat pernikahan Lombok, sy dulu taunya cuma nyongkolan πŸ˜‚

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sorong serah ini dilakukan sebelum diadakan nyongkolan.

      Hapus
  24. Wah keren sekali.. terimakasih atas infonya

    BalasHapus
  25. Postinganya sangat bermanfaat, menabah wawasan bagi orangblombok dan daerah lainnya.

    BalasHapus
  26. waahhhh.
    tulisan ini sangat melengkapi pengetahuan saya tentang taradisi suku sasak yg satu ini.
    terimkasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita juga harus tetap menjaga kebudayaan yang kita miliki:)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebersamaan dalam Adat dan Agama

Piagam Gumi Sasak: Kecintaan pada Tanah Sasak